Peranan Istri Dalam Keluarga ~ Mother Wise

Tuesday, October 10, 2017

Peranan Istri Dalam Keluarga

Alkitab melukiskan peranan yang sangat luhur bagi para istri di tengah keluarganya. Lihat saja bagaimana Amsal 31:10-31 melukiskannya :
* Lebih berharga daripada permata (Ams 31:10)
* Dipercaya suaminya dan membuat suami dan seisi rumahnya 'beruntung' memiliki dia sebagai istri, ibu, nyonya rumah … (Ams 31:11, dst.)
* Anak dan suami menyebutnya perempuan berbahagia (Ams 31:28)
* Dipandang lebih istimewa dari perempuan lain oleh suami dan anak-anaknya (Ams 31:29)

Bayangkan istri yang dilukiskan kitab Amsal disebut sebagai wanita yang memiliki tempat khusus tak tergantikan di hati dan kehidupan suami dan anak-anaknya, bahkan seisi rumahnya. Kalau banyak wanita kuatir tempatnya di hati suami dan anak-anaknya tergeser oleh wanita lain … Wanita bijak malah diberikan tempat khusus yang tak boleh / ingin digantikan oleh wanita lain di hati dan hidup suami dan keluarganya. Luar biasa bukan? Penulis Amsal menyarankan supaya kepada wanita sedemikian 'diberikan bagian dari hasil tangannya - seakan memiliki hak untuk menikmati hasil jerih lelahnya, perlakuan yang sangat tidak lazim pada jaman itu … dan perbuatannya membuat dia dihormati, dipuji, dihargai … di pintu-pintu gerbang (31:31) - tempat yang biasanya hanya memberikan pengakuan pada para lelaki di jaman itu (31:23).

Kalau para wanita ingin muncul di tengah keluarga dan komunitasnya sebagai wanita yang demikian spesial, gambaran tentang Wanita Bijak yang cakap di Amsal 31:10-31 patut menjadi cermin / tolok ukur kualitas kespesialan dirinya. Saya meringkaskan kecakapan seorang Wanita Bijak dalam 5 area (5K) : KESADARAN, KEHADIRAN, KETRAMPILAN, KEROHANIAN DAN KETERBUKAAN.

1.      KESADARAN
Untuk sampai kepada level Wanita Bijak yang cakap, seorang istri perlu memiliki KESADARAN dalam hal :
DESIGN Allah bagi dirinya sebagai WANITA yang menikah adalah menjadi seorang PENOLONG … PENDAMPING (Kej. 2:18).
Meskipun ia dikaruniai kelebihan (yang memampukannya mengemban peran yang disiapkan Tuhan baginya), ia tidak bersaing / berjuang mendapatkan kedudukan untuk menjadi ' orang nomor satu ', melainkan puas dan dengan rendah hati memerankan diri sebagai 'orang nomor dua' yang menolong dan mendampingi pria (suami) agar menjadi pemimpin, kepala seperti yang Tuhan kehendaki. Ia dengan sadar menghargai peran yang disediakan Tuhan baginya, menjadi penolong yang dipercaya dan pendamping yang bisa diandalkan oleh pria dalam hidupnya (suami). Kalau ia merasa tak memiliki keistimewaan apa-apa, ia harus belajar mengimani bahwa Tuhan sesungguhnya sudah memperlengkapi dia dengan kasih karunia yang cukup untuk menjalankan perannya. Ia hanya perlu rendah hati, rajin dan tekun menggali dan mengembangkannya.

KUASA yang dilekatkan Tuhan dalam dirinya. Amsal menyebutnya 'kuasa' PENGARUH (Ams 14:1).

Walaupun ia tak diberikan peran sebagai kepala / pemimpin, namun Tuhan mempercayakan kepada wanita semacam pengaruh yang lain yang tak kalah dahsyatnya, yaitu kekuatan mempengaruhi. Dengan kekuatan ini seorang wanita bisa MEMBANGUN atau MERUNTUHKAN orang yang didampinginya. Istri yang bijak, tahu dan cakap memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya ini untuk tujuan membangun. Ia juga tak lalai / sembarangan memainkan kekuatannya sebagai wanita yang menyebabkan kehancuran, keruntuhan pamor, peran dan pengaruh suami sebagai kepala keluarga ataupun anggota keluarga yang didampinginya.

PANGGILAN yang dipercayakan Tuhan : TEMAN PEWARIS & 'SALES' KASIH KARUNIA (1 Petrus 3:7).

Dalam perjalanan hidupnya seorang Wanita Bijak harus makin menghayati arti peran hidupnya menolong / mendampingi suami, yakni memenuhi panggilan mulia sebagai teman pewaris dan 'sales' kasih karunia Tuhan, yaitu kehidupan kekal. Kunci mengalirnya berkat sorgawi dalam kehidupan rumah tangga ada di tangan dirinya dalam menjalani hidup BERSAMA suaminya. Ia perlu belajar 'sepakat' dengan suaminya dalam memerankan fungsi yang saling melengkapi. Juga dalam menjalankan panggilan sebagai pihak yang berhak mewarisi dan mewariskan berkat kehidupan yang disediakan Tuhan bagi anak-anak-Nya, yakni mereka yang percaya akan Tuhan Yesus, Anak Tunggal Bapa sebagai Juruselamat. Tuhan mempercayakan kemungkinan pencurahan berkat yang Dia sediakan bagi manusia melalui hubungan keluarga. Bagaimana seorang istri cakap menempatkan dirinya, menentukan kelancaran aliran berkat bagi dunia sekitar melalui keluarganya. Bagaimana seorang istri bijak dan cakap dalam memenuhi panggilannya sebagai pewaris kasih karunia Tuhan, menentukan efektifitas kesaksian keluarganya di tengah tetangga, kerabat, sahabat, lingkungan yang belum memiliki / mengenal kasih karunia Tuhan, yakni hidup kekal dalam Kristus Tuhan. Suka atau tidak, istri dalam keluarga harus bertumbuh dalam kesadaran akan pengaruh peran hidupnya terhadap keluarganya dan pengaruh peran rumah tangganya terhadap lingkungannya. Dia harus makin bijak menyadari dan cakap memainkan peran yang menunjukkan kepercayaan Tuhan yang besar atas dirinya :

'Menentukan' cairnya 'warisan' berkat sorgawi bagi keluarga dan lingkungannya.
Mempengaruhi 'efektifitas pemasaran' kesaksian akan kasih karunia Tuhan dalam Kristus yang begitu ajaib dan berharga, kebutuhan mendasar setiap anak manusia yang sudah disediakan Tuhan dalam Kristus Yesus diperkenalkan melalui kehidupan rumah tangga-rumah tangga.

2.      KEHADIRAN

Karakteristik istri dalam keluarga sebagai Wanita Bijak yang cakap sangat berkenaan dengan warna dan dampak KEHADIRAN dirinya : di samping suami dan anak-anaknya, di antara orang-orang yang tinggal bersamanya / sering berinteraksi dengannya (Orang tua ? Saudara ipar ? Para penolong aktifitas rumah tangganya ? Petugas sekitar lingkungan tempat tinggalnya ? Karyawannya ? Pimpinannya ? dsb.).

Pada hakekatnya seorang istri yang bijak dan cakap memiliki karakteristik kehadiran yang memberikan PENGARUH POSITIF. Di mana saja, kapan saja, terhadap siapa saja, kehadirannya dirasa makin lama makin memberikan dampak positif, membangkitkan semangat, harapan, antusias dalam menjalani hidup dan menghadapi pelbagai tantangan, tekanan kehidupan. Artinya, ia bukan orang yang pasif mengalir mengikuti sikon. Apalagi menjadi negatif terdikte sikon, melainkan ia aktif mempengaruhi lingkungannya secara positif. Perkataannya, buah pikirannya, perilaku dan keterlibatannya dirasakan lebih memberikan sumbangsih positif. Baiklah para istri sering-sering 'memperhatikan' dan 'mengevaluasi' dampak kehadiran dirinya bagi suaminya, anak-anak, orang sekitarnya … Apakah membuat mereka tambah semangat atau putus asa … membuat mereka tumbuh pengharapan dan keberaniannya menghadapi hidup atau makin kuatir dan penakut … membuat mereka makin kreatif meresponi kesulitan, keterbatasan hidup atau makin buntu dan butek memikirkan jalan keluar ….

Untuk mengembangkan kehadiran yang memberikan dampak positif, istri harus bijak dan cakap melatih diri dalam hal MENDENGARKAN. Ia takkan bertambah cakap dalam mengucapkan perkataan, mengusulkan buah pikiran atau memberikan kontribusi keterlibatan yang positip jika ia tak tahu seni 'mendengarkan' dan hanya tahu / menuntut 'didengarkan' (lebih banyak mengeluh dari pada mendengarkan keluhan orang; lebih sering menggerutu dan mengomel dari pada bersabar menanti atau menyimak situasi yang ada, lebih sibuk curhat kepada orang lain dari pada menerima curhatnya orang). Seni 'mendengarkan' dilukiskan karakter bahasa Tiong Hoa dengan indah :

Ada TELINGA yang pasti harus dipergunakan (bukan sekedar jadi asesoris di samping lingkaran muka kita).Apa yang sebetulnya dikatakan, diungkapkan lewat perkataan, geraman, desahan, intonasi yang kedengaran. Salah satu masalah terbesar dalam hidup bersama selalu berhubungan dengan kemampuan mendengarkan dan kualitas hubungan cukup dipengaruhi oleh adanya telinga yang bersedia mendengar dan mendengarkan ungkapan / curahan hati. Wanita dengan keunikan warna gaya gendernya 'lebih banyak / suka berbicara' perlu bijak dan cakap mengembangkan aspek kesediaan mendengarkan. Bukan berbicara saja. (Yak 1:19b).

Ada MATA yang perlu dipakai untuk memperhatikan dengan sebaik-baiknya (di atas huruf 'mata' ada tulisan angka 10, tanda keutuhan / seutuhnya).Terkadang apa yang terdengar oleh telinga BELUM mengungkapkan sinyal berita sesungguhnya. Hanya ketika mata juga dipakai untuk memperhatikan, menyimak bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerakan tangan, kaki, bola, mata … pengenalan akan keadaan dan kebutuhan seseorang lebih akurat. Dengan demikian jawaban atas sikon yang dihadapi dan kebutuhannya lebih tepat dan maksimal. Seorang wanita yang asal mendengar celoteh suaminya sepulang kerja tanpa memperhatikan suasana wajah dan gerakan tubuhnya bisa saja meresponi dengan omelan tandingan akan keletihannya di rumah / pekerjaannya. Padahal bisa saja suaminya sedang merasakan kebosanan dan kejenuhan dan merasa ingin mencari hawa segar bersama istri dan keluarganya di akhir minggu … (tuh kan … bukan acara bersama yang juga dibutuhkan sang wanita yang didapat, melainkan pertengkaran yang menjengkelkan kedua belah pihak).

Ada HATI yang menjadi pangkal kualitas dan warna dampak kehadiran seorang istri di tengah keluarganya.Untuk memberikan kehadiran yang optimal pengaruh positipnya, istri harus memakai hatinya, bukan cuma telinga dan matanya saja. Hati yang lembut dan siap melayani karena kasih Tuhan yang menjadi andalannya (Rom 5:5) akan menjadikan kehadirannya memberkati … bahkan di tengah hari yang tidak nyaman dan meletihkan. Karena dari dalam hatilah terpancar kehidupan, kreatifitas meresponi kebutuhan dan sikon yang berlangsung.

Hikmat dari karakter bahasa Tiong Hoa untuk kata 'mendengarkan' juga mengandung kata RAJA, di sisi kiri bawah. Bagi saya mendengarkan itu meliputi sikap kesediaan melayani dari seorang raja, yang memanfaatkan segala aset, kuasa, pengaruh, fasilitasnya untuk memberikan yang terbaik. Ia tidak minta dijunjung tinggi dan dilayani, melainkan merendahkan diri siap memberi diri untuk melayani. Matanya, telinganya, hatinya dan segala aset hidupnya sebagai raja bersedia dipakai untuk memberkati orang lain.

Bayangkan dampak kehadiran wanita yang bijak dan cakap mengasah kehadirannya karena ia bersedia dan terus belajar 'mendengarkan' … dengan telinga, mata, hati dan aset kehidupannya … WOW, pasti luar biasa ….

3.      KETRAMPILAN

Karakteristik istri sebagai Wanita Bijak yang cakap selanjutnya diwarnai dengan pertumbuhan ketrampilan yang semakin kaya dan kreatif. Bukan semakin sibuk menghadiri berbagai kegiatan sehingga menjadi 'Ibu / wanita maha hadir', melainkan secara kreatif berkarya memanfaatkan waktu, fasilitas, aset yang ada secara efisien dan efektif. Sehingga seperti kata penulis Amsal apa saja yang dikerjakan mendatangkan manfaat dan keuntungan moril dan materil, melipat gandakan keleluasaan menjadi berkat bagi lebih banyak orang dan menjangkau kalangan yang lebih luas.

Kalau memperhatikan lingkup ketrampilan wanita cakap di Amsal 31, kita melihat sedikitnya 3 kategori ketrampilan berkembang dalam profil wanita cakap tersebut :

Terampil mengatur DIRI. Wanita ini tahu betul bagaimana menghadirkan diri di samping / di hadapan suami dan anak-anaknya, sehingga mereka mengasihi, menghargai, merasa bangga dan aman memiliki dia sebagai istri dan ibunya. (31:11-12, 17,22,28). Kehadiran dan ketrampilannya tak membuat suaminya 'terancam,' - kalah pamor oleh istrinya (31:23). Kesibukannya juga tak membuat anak-anaknya 'terbengkalai' (31:15,21,27) - kekurangan perhatian dan kasih sayang sehubungan dengan kebutuhan fisik, emosi dan sosialnya. Karena makanan kemalasan tak pernah menjadi kesukaannya (31:27). Ia terampil menata diri … bagaimana mengatur waktunya, penampilannya, perkataannya, etiket hidupnya, cara bergaulnya - dengan anggota keluarganya, orang serumahnya, tetangganya, mereka yang kesusahan / kurang beruntung, sampai mereka yang berpotensi jadi 'rekan bisnis'nya (31:11-12, 15b, 20, 24, 26,28). Orang yang tahu mengatur diri adalah seorang yang tahu memimpin dirinya sendiri. Dan itu profil awal orang yang bisa memberkati orang lain, memimpin orang lain dengan positif dan baik, mendampingi pemimpin dalam hidupnya (suami, atasan, dll.) meraih keberhasilan masa kini dan masa depan (31:25).

Terampil mengatur RUMAH. Gandengan ketrampilan mengatur diri adalah terampil mengatur rumah. Baca dan coba imajinasikan aktifitas hidup wanita di Amsal 31 ini. Kita akan melihat profil wanita yang trampil mengatur rumahnya, pekerjaan di bawah atap rumahnya teratur dan terkontrol dengan baik, para pelayan yang bekerja dirumahnya mendapatkan pengaturan dan pembagian kerja yang rapi (31:15,21,27). Mereka yang tinggal bersamanya, atau berada di bawah pengayomannya tak kekurangan makanan, pakaian dan kehangatan, khususnya di musim dingin (31:14-15, 21). Seorang yang cakap mengatur diri, tentulah menular kecakapannya pada pengaturan akan rumah tangganya.

Terampil mengatur ASET. Keistimewaan tambahan wanita bijak yang cakap ini adalah ketrampilannya mengolah aset yang dimiliki suami / keluarganya, seperti ladang, rumah, ternak, relasi, hobi dan bakat alami maupun hasil pembelajaran dirinya. (31:13,16,18-19,22,24). Dia tak terlena oleh kenikmatan yang sudah dimilikinya … Dia juga tak terbuai oleh keleluasaan hidup yang sudah dimilikinya … sehingga melewatkan waktu sekedar menikmati kekayaan hidup dan hubungan sosialnya. Wanita ini cakap 'mengolah' apa yang dimilikinya agar bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat - misalnya bulu domba dipintal dan ditenun, kain dibuat baju, tali temali dipintal menjadi permadani, ikan pinggang yang bukan cuma dipakai sendiri tetapi juga bisa dijual … Perolehan uang ditabung dan ketika uang tabungan cukup, dibelinya ladang / tanah. Tanah ditanami anggur (keperluan sehari-hari dan berpotensi menguntungkan). Dia bukan pandai 'memanfaatkan' orang melainkan cakap membangun, menjaga, mengolah hubungan dengan sesama demi kepentingan bersama, kemajuan bersama, keberkatan bersama ….

Istri yang bijak memiliki dalam dirinya potensi mengembangkan diri sedemikian sesuai dengan kadar kreatifitas yang mampu dicurahkan Roh Kudus yang ditempatkan Tuhan dalam dirinya sebagai wanita yang takut akan Tuhan. Mereka yang rajin, akan berkembang menjadi wanita cakap yang hidup dan kehadirannya produktif, efektif, efisien … memuliakan Tuhan, memberkati sesama mulai dari keluarganya, tetangganya, kerabat dan teman / relasinya ….

4.      KEROHANIAN

Pengembangan diri seorang wanita sebagai istri sampai menjadi Wanita Bijak yang cakap bukanlah proses instan dan mudah. Tapi bukan perkara muskil dan mustahil. Kunci kemungkinan pengembangan diri sampai ke level demikian bukan ditentukan oleh IQ seseorang - kualitas intelektualnya, ataupun pendidikannya, melainkan kualitas kerohanian dan keterbukaan seseorang untuk belajar dan melayani.

Amsal 31:29-30 jelas menegaskan bahwa wanita cakap ini unggul bukan karena kemolekan fisiknya, kecerdasan otaknya, melainkan hubungannya dengan Tuhan. Ia disebut wanita yang takut akan Tuhan. Wanita ini dengan SADAR dan SENGAJA mengolah, menjaga hubungannya dengan Tuhan mewarnai seluruh aspek dan area hidupnya secara konsisten dan konsekuen. Ketika hati kita diserahkan untuk dipimpin dan dikuasai oleh Roh Tuhan, hidup kita dijalani dalam standar Firman Tuhan. Maka janji Firman Tuhan berlaku untuk siapa saja : Apa saja yang diperbuatnya berhasil, menguntungkan, Tuhan berkenan menggenapkan keinginan hatinya yang memang tumbuh sejalan dengan hasrat Tuhan yang dikasihi dan dihormati dalam hidupnya. Bahkan Tuhan memunculkan kreasi dan kreatifitas baru, dipercayakan kepadanya untuk dikembangkan dan diwujudkan melalui hidupnya (Mzm 1:1-3; Yos 1:8). Berapa banyak teladan wanita yang 'tidak molek' secara fisik, tidak mulus jalan hidupnya … Hidupnya menjadi saluran berkat LUAR BIASA bagi banyak orang, bahkan kalangan yang luas melampaui batasan kapasitas dan relasi yang dimiliki sebelumnya. (Ibu Susane Wesley, Ibu Teresa, Ibu Maimunah Natasha, dll.).

Kualitas kerohanian yang membuat seorang wanita memiliki KESADARAN yang bertumbuh akan peran dan panggilannya, KEHADIRAN yang makin berdampak positip dan KETRAMPILAN yang makin kreatif dan bermanfaat.

5.      KETERBUKAAN

Karakteristik lain yang menjadikan istri Wanita Bijak makin cakap dalam kehidupan keluarganya adalah KETERBUKAAN … ini adalah kunci ampuh untuk mengalami pemulihan dan kemajuan dalam hidup. Wanita ini belajar terbuka dalam beberapa area kehidupan nyatanya :

Keterbukaan untuk menyadari keterbatasan dirinya, keterbatasan sesamanya / orang lain (terutama mulai dari pasangannya, orang serumahnya). Tak ada orang yang sempurna dan seba tahu. Karena itu ia belajar terbuka untuk menerima kekurangan, kelalaian orang lain, memaklumi orang bisa lupa dan keliru (bukan / tak sama dengan membiarkan kesalahan). Member ruang / kesempatan pada orang lain untuk belajar dari kekeliruan. Sebaliknya ia juga terbuka untuk menerima koreksi dari orang lain, terutama dari suami / anggota keluarganya (bersedia melakukan 'rapport').

Keterbukaan dalam arti kerendahan hati untuk terus membekali diri, terbuka untuk belajar sesuatu yang baru agar boleh makin bertumbuh dalam pemahamannya akan hidup, ketrampilannya menjalani hidup … supaya tidak menjadi batu sandungan tapi terus menjadi batu pijakan orang lain bertumbuh ….

Keterbukaan untuk menyadari / menerima kemungkinan PERBEDAAN : berbeda dalam pendapat, cara meresponi / menyikapi situasi / orang / pengalaman dsb. Istri yang bijak bertumbuh dalam kecakapan mengenali perbedaan latar belakang pertumbuhan, keluarga, pendidikan, pengalaman hidup menentukan profil pribadi dan gaya hidup orang. Orang tak bisa diperlakukan sama dan dituntut mengerti dan menerima / meniru apa yang dia rasa dan pikirkan. Masing-masing pribadi unik dibentuk Tuhan dan merupakan sarana unik di tangan Tuhan untuk membentuk dan mengasah dirinya juga agar tumbuh makin serupa Kristus.

Akhir kata, istri di tengah keluarga dituntut memantulkan karakter Wanita Bijak yang cakap. Bukan profil seorang wanita yang lemah kelemar-kelemer, melainkan lembut namun kuat dan tangguh. Ia memang dirancang Allah untuk peran PENOLONG, tapi bukan berarti sekedar tambahan dan ganjalan bagi kehidupan pria / keluarga, melainkan memiliki peran dan pengaruh kehadiran yang besar baik untuk membangun maupun meruntuhkan. Bukankah kita tak asing dengan pepatah "di balik PRIA yang BERHASIL, tentulah ADA seorang WANITA" … saya percaya pepatah yang seimbang dengan itu juga berlaku "di balik PRIA yang GAGAL / HANCUR juga ADA seorang WANITA." Wanita harus belajar makin bijak dan cakap memperhitungkan PERAN dan PENGARUH dirinya sebagai ISTRI dan IBU, sebagai wanita yang diciptakan Allah dengan misi istimewa, teman pewaris kehidupan dan 'sales' kasih karunia Tuhan di tengah dunia MELALUI / BERSAMA keluarganya.

Sebab itu, 5 area karakteristik pembangunan Wanita Bijak yang cakap perlu diingat dan dijadikan bagian hidup setiap wanita :
KESADARAN akan peran dan panggilannya …
KEHADIRAN yang dengan sadar dan sengaja memberikan dampak positip.
KETRAMPILAN yang terus diasah dan dikembangkan sesuai kasih karunia Tuhan
KEROHANIAN yang terpelihara dalam koridor takut akan Tuhan
KETERBUKAAN untuk menerima dan meresponi perbedaan disertai spirit terbuka untuk terus belajar membekali dan memberdayakan diri.

0 comments:

Post a Comment