Alkitab melukiskan peranan yang sangat luhur bagi para istri di tengah
keluarganya. Lihat saja bagaimana Amsal 31:10-31 melukiskannya :
* Lebih berharga daripada
permata (Ams 31:10)
* Dipercaya suaminya dan membuat
suami dan seisi rumahnya 'beruntung' memiliki dia sebagai istri, ibu, nyonya
rumah … (Ams 31:11, dst.)
* Anak dan suami menyebutnya
perempuan berbahagia (Ams 31:28)
* Dipandang lebih istimewa dari
perempuan lain oleh suami dan anak-anaknya (Ams 31:29)
Bayangkan istri yang dilukiskan kitab Amsal disebut sebagai wanita
yang memiliki tempat khusus tak tergantikan di hati dan kehidupan suami dan
anak-anaknya, bahkan seisi rumahnya. Kalau banyak wanita kuatir tempatnya di
hati suami dan anak-anaknya tergeser oleh wanita lain … Wanita bijak malah
diberikan tempat khusus yang tak boleh / ingin digantikan oleh wanita lain di
hati dan hidup suami dan keluarganya. Luar biasa bukan? Penulis Amsal menyarankan
supaya kepada wanita sedemikian 'diberikan bagian dari hasil tangannya - seakan
memiliki hak untuk menikmati hasil jerih lelahnya, perlakuan yang sangat tidak
lazim pada jaman itu … dan perbuatannya membuat dia dihormati, dipuji, dihargai
… di pintu-pintu gerbang (31:31) - tempat yang biasanya hanya memberikan
pengakuan pada para lelaki di jaman itu (31:23).
Kalau para wanita ingin muncul di tengah keluarga dan komunitasnya
sebagai wanita yang demikian spesial, gambaran tentang Wanita Bijak yang cakap
di Amsal 31:10-31 patut menjadi cermin / tolok ukur kualitas kespesialan
dirinya. Saya meringkaskan kecakapan seorang Wanita Bijak dalam 5 area (5K) : KESADARAN, KEHADIRAN, KETRAMPILAN,
KEROHANIAN DAN KETERBUKAAN.
1. KESADARAN
Untuk sampai kepada level Wanita Bijak yang cakap, seorang istri perlu
memiliki KESADARAN dalam hal :
DESIGN Allah bagi dirinya sebagai WANITA yang menikah adalah menjadi
seorang PENOLONG … PENDAMPING (Kej. 2:18).
Meskipun ia dikaruniai kelebihan (yang memampukannya mengemban peran
yang disiapkan Tuhan baginya), ia tidak bersaing / berjuang mendapatkan
kedudukan untuk menjadi ' orang nomor satu ', melainkan puas dan dengan rendah
hati memerankan diri sebagai 'orang nomor dua' yang menolong dan mendampingi pria
(suami) agar menjadi pemimpin, kepala seperti yang Tuhan kehendaki. Ia dengan
sadar menghargai peran yang disediakan Tuhan baginya, menjadi penolong yang
dipercaya dan pendamping yang bisa diandalkan oleh pria dalam hidupnya (suami).
Kalau ia merasa tak memiliki keistimewaan apa-apa, ia harus belajar mengimani
bahwa Tuhan sesungguhnya sudah memperlengkapi dia dengan kasih karunia yang
cukup untuk menjalankan perannya. Ia hanya perlu rendah hati, rajin dan tekun
menggali dan mengembangkannya.
KUASA yang dilekatkan Tuhan
dalam dirinya. Amsal menyebutnya 'kuasa' PENGARUH (Ams 14:1).
Walaupun ia tak diberikan peran sebagai kepala / pemimpin, namun Tuhan
mempercayakan kepada wanita semacam pengaruh yang lain yang tak kalah
dahsyatnya, yaitu kekuatan mempengaruhi. Dengan kekuatan ini seorang wanita
bisa MEMBANGUN atau MERUNTUHKAN orang yang didampinginya. Istri yang bijak,
tahu dan cakap memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya ini untuk tujuan
membangun. Ia juga tak lalai / sembarangan memainkan kekuatannya sebagai wanita
yang menyebabkan kehancuran, keruntuhan pamor, peran dan pengaruh suami sebagai
kepala keluarga ataupun anggota keluarga yang didampinginya.
PANGGILAN yang dipercayakan Tuhan : TEMAN PEWARIS & 'SALES' KASIH
KARUNIA (1 Petrus 3:7).
Dalam perjalanan hidupnya seorang Wanita Bijak harus makin menghayati
arti peran hidupnya menolong / mendampingi suami, yakni memenuhi panggilan
mulia sebagai teman pewaris dan 'sales' kasih karunia Tuhan, yaitu kehidupan
kekal. Kunci mengalirnya berkat sorgawi dalam kehidupan rumah tangga ada di
tangan dirinya dalam menjalani hidup BERSAMA suaminya. Ia perlu belajar
'sepakat' dengan suaminya dalam memerankan fungsi yang saling melengkapi. Juga
dalam menjalankan panggilan sebagai pihak yang berhak mewarisi dan mewariskan
berkat kehidupan yang disediakan Tuhan bagi anak-anak-Nya, yakni mereka yang
percaya akan Tuhan Yesus, Anak Tunggal Bapa sebagai Juruselamat. Tuhan
mempercayakan kemungkinan pencurahan berkat yang Dia sediakan bagi manusia
melalui hubungan keluarga. Bagaimana seorang istri cakap menempatkan dirinya,
menentukan kelancaran aliran berkat bagi dunia sekitar melalui keluarganya.
Bagaimana seorang istri bijak dan cakap dalam memenuhi panggilannya sebagai
pewaris kasih karunia Tuhan, menentukan efektifitas kesaksian keluarganya di
tengah tetangga, kerabat, sahabat, lingkungan yang belum memiliki / mengenal
kasih karunia Tuhan, yakni hidup kekal dalam Kristus Tuhan. Suka atau tidak,
istri dalam keluarga harus bertumbuh dalam kesadaran akan pengaruh peran
hidupnya terhadap keluarganya dan pengaruh peran rumah tangganya terhadap
lingkungannya. Dia harus makin bijak menyadari dan cakap memainkan peran yang
menunjukkan kepercayaan Tuhan yang besar atas dirinya :
'Menentukan' cairnya 'warisan' berkat sorgawi bagi keluarga dan
lingkungannya.
Mempengaruhi 'efektifitas pemasaran' kesaksian akan kasih karunia
Tuhan dalam Kristus yang begitu ajaib dan berharga, kebutuhan mendasar setiap
anak manusia yang sudah disediakan Tuhan dalam Kristus Yesus diperkenalkan melalui
kehidupan rumah tangga-rumah tangga.
2. KEHADIRAN
Karakteristik istri dalam keluarga sebagai Wanita Bijak yang cakap
sangat berkenaan dengan warna dan dampak KEHADIRAN dirinya : di samping suami
dan anak-anaknya, di antara orang-orang yang tinggal bersamanya / sering
berinteraksi dengannya (Orang tua ? Saudara ipar ? Para penolong aktifitas
rumah tangganya ? Petugas sekitar lingkungan tempat tinggalnya ? Karyawannya ?
Pimpinannya ? dsb.).
Pada hakekatnya seorang istri yang bijak dan cakap memiliki
karakteristik kehadiran yang memberikan PENGARUH POSITIF. Di mana saja, kapan
saja, terhadap siapa saja, kehadirannya dirasa makin lama makin memberikan
dampak positif, membangkitkan semangat, harapan, antusias dalam menjalani hidup
dan menghadapi pelbagai tantangan, tekanan kehidupan. Artinya, ia bukan orang
yang pasif mengalir mengikuti sikon. Apalagi menjadi negatif terdikte sikon,
melainkan ia aktif mempengaruhi lingkungannya secara positif. Perkataannya,
buah pikirannya, perilaku dan keterlibatannya dirasakan lebih memberikan
sumbangsih positif. Baiklah para istri sering-sering 'memperhatikan' dan
'mengevaluasi' dampak kehadiran dirinya bagi suaminya, anak-anak, orang
sekitarnya … Apakah membuat mereka tambah semangat atau putus asa … membuat
mereka tumbuh pengharapan dan keberaniannya menghadapi hidup atau makin kuatir
dan penakut … membuat mereka makin kreatif meresponi kesulitan, keterbatasan
hidup atau makin buntu dan butek memikirkan jalan keluar ….
Untuk mengembangkan kehadiran yang memberikan dampak positif, istri
harus bijak dan cakap melatih diri dalam hal MENDENGARKAN. Ia takkan bertambah
cakap dalam mengucapkan perkataan, mengusulkan buah pikiran atau memberikan
kontribusi keterlibatan yang positip jika ia tak tahu seni 'mendengarkan' dan
hanya tahu / menuntut 'didengarkan' (lebih banyak mengeluh dari pada
mendengarkan keluhan orang; lebih sering menggerutu dan mengomel dari pada
bersabar menanti atau menyimak situasi yang ada, lebih sibuk curhat kepada
orang lain dari pada menerima curhatnya orang). Seni 'mendengarkan' dilukiskan
karakter bahasa Tiong Hoa dengan indah :
Ada TELINGA yang pasti
harus dipergunakan (bukan sekedar jadi asesoris di samping lingkaran muka
kita).Apa yang sebetulnya dikatakan, diungkapkan lewat perkataan, geraman,
desahan, intonasi yang kedengaran. Salah satu masalah terbesar dalam hidup
bersama selalu berhubungan dengan kemampuan mendengarkan dan kualitas hubungan
cukup dipengaruhi oleh adanya telinga yang bersedia mendengar dan mendengarkan
ungkapan / curahan hati. Wanita dengan keunikan warna gaya gendernya 'lebih
banyak / suka berbicara' perlu bijak dan cakap mengembangkan aspek kesediaan
mendengarkan. Bukan berbicara saja. (Yak 1:19b).
Ada MATA yang perlu dipakai
untuk memperhatikan dengan sebaik-baiknya (di atas huruf 'mata' ada tulisan
angka 10, tanda keutuhan / seutuhnya).Terkadang apa yang terdengar oleh telinga
BELUM mengungkapkan sinyal berita sesungguhnya. Hanya ketika mata juga dipakai
untuk memperhatikan, menyimak bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerakan tangan,
kaki, bola, mata … pengenalan akan keadaan dan kebutuhan seseorang lebih
akurat. Dengan demikian jawaban atas sikon yang dihadapi dan kebutuhannya lebih
tepat dan maksimal. Seorang wanita yang asal mendengar celoteh suaminya sepulang
kerja tanpa memperhatikan suasana wajah dan gerakan tubuhnya bisa saja
meresponi dengan omelan tandingan akan keletihannya di rumah / pekerjaannya.
Padahal bisa saja suaminya sedang merasakan kebosanan dan kejenuhan dan merasa
ingin mencari hawa segar bersama istri dan keluarganya di akhir minggu … (tuh
kan … bukan acara bersama yang juga dibutuhkan sang wanita yang didapat,
melainkan pertengkaran yang menjengkelkan kedua belah pihak).
Ada HATI yang menjadi
pangkal kualitas dan warna dampak kehadiran seorang istri di tengah
keluarganya.Untuk memberikan kehadiran yang optimal pengaruh positipnya, istri
harus memakai hatinya, bukan cuma telinga dan matanya saja. Hati yang lembut
dan siap melayani karena kasih Tuhan yang menjadi andalannya (Rom 5:5) akan menjadikan
kehadirannya memberkati … bahkan di tengah hari yang tidak nyaman dan
meletihkan. Karena dari dalam hatilah terpancar kehidupan, kreatifitas
meresponi kebutuhan dan sikon yang berlangsung.
Hikmat dari karakter bahasa Tiong Hoa untuk kata 'mendengarkan' juga
mengandung kata RAJA, di sisi kiri bawah. Bagi saya mendengarkan itu meliputi
sikap kesediaan melayani dari seorang raja, yang memanfaatkan segala aset,
kuasa, pengaruh, fasilitasnya untuk memberikan yang terbaik. Ia tidak minta
dijunjung tinggi dan dilayani, melainkan merendahkan diri siap memberi diri
untuk melayani. Matanya, telinganya, hatinya dan segala aset hidupnya sebagai
raja bersedia dipakai untuk memberkati orang lain.
Bayangkan dampak kehadiran wanita yang bijak dan cakap mengasah
kehadirannya karena ia bersedia dan terus belajar 'mendengarkan' … dengan
telinga, mata, hati dan aset kehidupannya … WOW, pasti luar biasa ….
3. KETRAMPILAN
Karakteristik istri sebagai Wanita Bijak yang cakap selanjutnya
diwarnai dengan pertumbuhan ketrampilan yang semakin kaya dan kreatif. Bukan
semakin sibuk menghadiri berbagai kegiatan sehingga menjadi 'Ibu / wanita maha
hadir', melainkan secara kreatif berkarya memanfaatkan waktu, fasilitas, aset
yang ada secara efisien dan efektif. Sehingga seperti kata penulis Amsal apa
saja yang dikerjakan mendatangkan manfaat dan keuntungan moril dan materil,
melipat gandakan keleluasaan menjadi berkat bagi lebih banyak orang dan
menjangkau kalangan yang lebih luas.
Kalau memperhatikan lingkup ketrampilan wanita cakap di Amsal 31, kita
melihat sedikitnya 3 kategori ketrampilan berkembang dalam profil wanita cakap
tersebut :
Terampil mengatur DIRI. Wanita
ini tahu betul bagaimana menghadirkan diri di samping / di hadapan suami dan
anak-anaknya, sehingga mereka mengasihi, menghargai, merasa bangga dan aman
memiliki dia sebagai istri dan ibunya. (31:11-12, 17,22,28). Kehadiran dan
ketrampilannya tak membuat suaminya 'terancam,' - kalah pamor oleh istrinya
(31:23). Kesibukannya juga tak membuat anak-anaknya 'terbengkalai'
(31:15,21,27) - kekurangan perhatian dan kasih sayang sehubungan dengan
kebutuhan fisik, emosi dan sosialnya. Karena makanan kemalasan tak pernah
menjadi kesukaannya (31:27). Ia terampil menata diri … bagaimana mengatur
waktunya, penampilannya, perkataannya, etiket hidupnya, cara bergaulnya -
dengan anggota keluarganya, orang serumahnya, tetangganya, mereka yang
kesusahan / kurang beruntung, sampai mereka yang berpotensi jadi 'rekan bisnis'nya
(31:11-12, 15b, 20, 24, 26,28). Orang yang tahu mengatur diri adalah seorang
yang tahu memimpin dirinya sendiri. Dan itu profil awal orang yang bisa
memberkati orang lain, memimpin orang lain dengan positif dan baik, mendampingi
pemimpin dalam hidupnya (suami, atasan, dll.) meraih keberhasilan masa kini dan
masa depan (31:25).
Terampil mengatur RUMAH. Gandengan
ketrampilan mengatur diri adalah terampil mengatur rumah. Baca dan coba
imajinasikan aktifitas hidup wanita di Amsal 31 ini. Kita akan melihat profil
wanita yang trampil mengatur rumahnya, pekerjaan di bawah atap rumahnya teratur
dan terkontrol dengan baik, para pelayan yang bekerja dirumahnya mendapatkan
pengaturan dan pembagian kerja yang rapi (31:15,21,27). Mereka yang tinggal
bersamanya, atau berada di bawah pengayomannya tak kekurangan makanan, pakaian
dan kehangatan, khususnya di musim dingin (31:14-15, 21). Seorang yang cakap
mengatur diri, tentulah menular kecakapannya pada pengaturan akan rumah
tangganya.
Terampil mengatur ASET. Keistimewaan
tambahan wanita bijak yang cakap ini adalah ketrampilannya mengolah aset yang
dimiliki suami / keluarganya, seperti ladang, rumah, ternak, relasi, hobi dan
bakat alami maupun hasil pembelajaran dirinya. (31:13,16,18-19,22,24). Dia tak
terlena oleh kenikmatan yang sudah dimilikinya … Dia juga tak terbuai oleh
keleluasaan hidup yang sudah dimilikinya … sehingga melewatkan waktu sekedar
menikmati kekayaan hidup dan hubungan sosialnya. Wanita ini cakap 'mengolah'
apa yang dimilikinya agar bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan
bermanfaat - misalnya bulu domba dipintal dan ditenun, kain dibuat baju, tali
temali dipintal menjadi permadani, ikan pinggang yang bukan cuma dipakai
sendiri tetapi juga bisa dijual … Perolehan uang ditabung dan ketika uang
tabungan cukup, dibelinya ladang / tanah. Tanah ditanami anggur (keperluan
sehari-hari dan berpotensi menguntungkan). Dia bukan pandai 'memanfaatkan'
orang melainkan cakap membangun, menjaga, mengolah hubungan dengan sesama demi kepentingan
bersama, kemajuan bersama, keberkatan bersama ….
Istri yang bijak memiliki dalam dirinya potensi mengembangkan diri
sedemikian sesuai dengan kadar kreatifitas yang mampu dicurahkan Roh Kudus yang
ditempatkan Tuhan dalam dirinya sebagai wanita yang takut akan Tuhan. Mereka
yang rajin, akan berkembang menjadi wanita cakap yang hidup dan kehadirannya
produktif, efektif, efisien … memuliakan Tuhan, memberkati sesama mulai dari
keluarganya, tetangganya, kerabat dan teman / relasinya ….
4. KEROHANIAN
Pengembangan diri seorang wanita sebagai istri sampai menjadi Wanita
Bijak yang cakap bukanlah proses instan dan mudah. Tapi bukan perkara muskil
dan mustahil. Kunci kemungkinan pengembangan diri sampai ke level demikian
bukan ditentukan oleh IQ seseorang - kualitas intelektualnya, ataupun
pendidikannya, melainkan kualitas kerohanian dan keterbukaan seseorang untuk
belajar dan melayani.
Amsal 31:29-30 jelas menegaskan bahwa wanita cakap ini unggul bukan
karena kemolekan fisiknya, kecerdasan otaknya, melainkan hubungannya dengan
Tuhan. Ia disebut wanita yang takut akan Tuhan. Wanita ini dengan SADAR dan
SENGAJA mengolah, menjaga hubungannya dengan Tuhan mewarnai seluruh aspek dan
area hidupnya secara konsisten dan konsekuen. Ketika hati kita diserahkan untuk
dipimpin dan dikuasai oleh Roh Tuhan, hidup kita dijalani dalam standar Firman
Tuhan. Maka janji Firman Tuhan berlaku untuk siapa saja : Apa saja yang
diperbuatnya berhasil, menguntungkan, Tuhan berkenan menggenapkan keinginan
hatinya yang memang tumbuh sejalan dengan hasrat Tuhan yang dikasihi dan
dihormati dalam hidupnya. Bahkan Tuhan memunculkan kreasi dan kreatifitas baru,
dipercayakan kepadanya untuk dikembangkan dan diwujudkan melalui hidupnya (Mzm
1:1-3; Yos 1:8). Berapa banyak teladan wanita yang 'tidak molek' secara fisik,
tidak mulus jalan hidupnya … Hidupnya menjadi saluran berkat LUAR BIASA bagi
banyak orang, bahkan kalangan yang luas melampaui batasan kapasitas dan relasi
yang dimiliki sebelumnya. (Ibu Susane Wesley, Ibu Teresa, Ibu Maimunah Natasha,
dll.).
Kualitas kerohanian yang membuat
seorang wanita memiliki KESADARAN yang bertumbuh akan peran dan panggilannya,
KEHADIRAN yang makin berdampak positip dan KETRAMPILAN yang makin kreatif dan
bermanfaat.
5. KETERBUKAAN
Karakteristik lain yang menjadikan istri Wanita Bijak makin cakap
dalam kehidupan keluarganya adalah KETERBUKAAN … ini adalah kunci ampuh untuk
mengalami pemulihan dan kemajuan dalam hidup. Wanita ini belajar terbuka dalam
beberapa area kehidupan nyatanya :
Keterbukaan untuk menyadari
keterbatasan dirinya, keterbatasan sesamanya / orang lain (terutama mulai
dari pasangannya, orang serumahnya). Tak ada orang yang sempurna dan seba tahu.
Karena itu ia belajar terbuka untuk menerima kekurangan, kelalaian orang lain,
memaklumi orang bisa lupa dan keliru (bukan / tak sama dengan membiarkan
kesalahan). Member ruang / kesempatan pada orang lain untuk belajar dari
kekeliruan. Sebaliknya ia juga terbuka untuk menerima koreksi dari orang lain,
terutama dari suami / anggota keluarganya (bersedia melakukan 'rapport').
Keterbukaan dalam arti
kerendahan hati untuk terus membekali diri, terbuka untuk belajar sesuatu
yang baru agar boleh makin bertumbuh dalam pemahamannya akan hidup,
ketrampilannya menjalani hidup … supaya tidak menjadi batu sandungan tapi terus
menjadi batu pijakan orang lain bertumbuh ….
Keterbukaan untuk menyadari /
menerima kemungkinan PERBEDAAN : berbeda dalam pendapat, cara meresponi /
menyikapi situasi / orang / pengalaman dsb. Istri yang bijak bertumbuh dalam
kecakapan mengenali perbedaan latar belakang pertumbuhan, keluarga, pendidikan,
pengalaman hidup menentukan profil pribadi dan gaya hidup orang. Orang tak bisa
diperlakukan sama dan dituntut mengerti dan menerima / meniru apa yang dia rasa
dan pikirkan. Masing-masing pribadi unik dibentuk Tuhan dan merupakan sarana
unik di tangan Tuhan untuk membentuk dan mengasah dirinya juga agar tumbuh
makin serupa Kristus.
Akhir kata, istri di tengah keluarga dituntut memantulkan karakter
Wanita Bijak yang cakap. Bukan profil seorang wanita yang lemah
kelemar-kelemer, melainkan lembut namun kuat dan tangguh. Ia memang dirancang
Allah untuk peran PENOLONG, tapi bukan berarti sekedar tambahan dan ganjalan
bagi kehidupan pria / keluarga, melainkan memiliki peran dan pengaruh kehadiran
yang besar baik untuk membangun maupun meruntuhkan. Bukankah kita tak asing
dengan pepatah "di balik PRIA yang BERHASIL, tentulah ADA seorang
WANITA" … saya percaya pepatah yang seimbang dengan itu juga berlaku
"di balik PRIA yang GAGAL / HANCUR juga ADA seorang WANITA." Wanita
harus belajar makin bijak dan cakap memperhitungkan PERAN dan PENGARUH dirinya
sebagai ISTRI dan IBU, sebagai wanita yang diciptakan Allah dengan misi
istimewa, teman pewaris kehidupan dan 'sales' kasih karunia Tuhan di tengah
dunia MELALUI / BERSAMA keluarganya.
Sebab itu, 5 area karakteristik pembangunan Wanita Bijak yang cakap
perlu diingat dan dijadikan bagian hidup setiap wanita :
KESADARAN akan peran dan panggilannya …
KEHADIRAN yang dengan sadar dan sengaja memberikan
dampak positip.
KETRAMPILAN yang terus diasah dan dikembangkan sesuai
kasih karunia Tuhan
KEROHANIAN yang terpelihara dalam koridor takut akan
Tuhan
KETERBUKAAN untuk menerima
dan meresponi perbedaan disertai spirit terbuka untuk terus belajar membekali
dan memberdayakan diri.
0 comments:
Post a Comment