Pendalaman : Mengenal Petrus sang penjala ikan yang di panggil oleh TUHAN YESUS sebagai penjala manusia.
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret, sementara
orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia
melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan
sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu
perahu Simon, dan menyuruh dia mendorong perahunya sedikit jauh dari
pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.
Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon, “Bertolaklah ke
tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon
menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak
menangkap apa-apa, tetapi karena perkataan-Mu itu, aku akan menebarkan
jala juga.” Setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah
besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi
isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang
membantunya. Mereka pun datang, lalu bersama-sama mengisi kedua perahu
itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal
itu ia pun sujud di depan Yesus dan berkata, “Tuhan, pergilah dari
hadapanku, karena aku ini seorang berdosa.” Sebab ia dan semua orang
yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang
mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus,
yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon, “Jangan takut, mulai
sekarang engkau akan menjala manusia.” Sesudah menarik perahu-perahunya
ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.
(Luk 5:1-11)
Bacaan Pertama: Kol 1:9-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:2-6
Sebelum terjun ke dalam karya pelayanan-Nya di depan publik, Yesus
relatif tidak dikenal. Namun setelah Ia kembali dari puasa-Nya di padang
gurun, dengan cepat Yesus menarik perhatian orang banyak lewat
karya-karya-Nya dalam pengusiran roh-roh jahat, penyembuhan dan
mukjizat-mukjizat lainnya. Setelah menentukan misi-Nya, Yesus langsung
mulai memanggil beberapa orang untuk menjadi murid-murid-Nya – mereka
yang dapat diajar-Nya dan dibentuk-Nya supaya dapat menjadi
duta-duta-Nya kelak.
Injil Lukas menceritakan bahwa murid-murid
pertama yang dipanggil oleh Yesus adalah Simon Petrus, seorang nelayan
yang kelak akan memimpin Gereja-Nya yang kelak berekspansi keluar Israel
mencapai dunia yang dikenal pada waktu itu.
Sekarang, marilah
kita membayangkan betapa Yesus memiliki wibawa dan kuat-kuasa, seorang
yang penuh kharisma. Kitab Suci dan tradisi menggambarkan Simon Petrus
sebagai seorang pribadi yang emosional, cepat marah, namun ketika Yesus
muncul untuk mengajar orang banyak, Petrus langsung saja mengiyakan
permintaan Yesus untuk meminjamkan perahunya sebagai “mimbar khotbah”.
Kemudian, setelah selesai berkhotbah, Yesus berkata kepada Petrus untuk
bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya untuk menangkap
ikan. Ia berkata: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan
kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena perkataan-Mu, aku akan
menebarkan jala juga” (Luk 5:5). Tentunya Petrus telah dibuat
terpesona/takjub atas pengajaran yang baru saja diberikan oleh Yesus
kepada orang banyak, sehingga dia tidak saja mematuhi keinginan Yesus,
dia juga menyapa Yesus sebagai GURU, suatu gelar yang mengandung respek
mendalam seseorang terhadap wibawa dan kuasa yang dimiliki orang yang
disapanya.
Alhasil, Petrus dkk. di dalam perahunya berhasil
menjala ikan-ikan dalam jumlah besar, sehingga jala yang dipakai pun
menjadi koyak dan mereka pun harus minta bantuan para nelayan lain yang
ada di perahu lain. Bayangkan, kedua perahu itu pun hampir tenggelam
karena sarat muatan ikannya. Mukjizat penangkapan ikan ini sungguh
membuat Simon Petrus menjadi rendah hati dan melihat dirinya sedemikian
kecil di hadapan Yesus. Sesuatu yang penuh kuat-kuasa telah terjadi di
dalam dirinya, mendorongnya untuk meninggalkan segalanya di belakang
guna mengikuti sang Guru. Sejak saat itu tentunya Petrus tidak lagi
memandang Yesus sebagai seorang guru seperti guru-guru yang lain, juga
bukan sebagai seorang bijaksana yang pantas dihargai serta dihormati.
Pernyataan diri (perwahyuan) Yesus lewat mukjizat ini membuat Petrus
sujud di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari hadapanku,
karena aku ini seorang berdosa.” (Luk 5:8). Kata Tuhan ini adalah
terjemahan dari kata Yunani Kyrios, adalah kata yang sama yang digunakan
dalam menerjemahkan kata YHWH dalam Perjanjian Lama bahasa Yunani,
artinya ALLAH sendiri. Lewat perwahyuan, Petrus mampu memandang bahwa
Yesus berada di atas segala orang lain.
KEEP ON FIRE: pengalaman
Petrus ini adalah suatu pengalaman yang Yesus ingin agar kita alami
juga: suatu perwahyuan yang tidak hanya membukan pikiran kita, melainkan
juga menembus hati kita juga. Yesus ingin menyatakan kemuliaan-Nya
kepada kita masing-masing, dengan demikian mendesak kita untuk mengikuti
jejak-Nya sama radikalnya dengan apa yang telah dilakukan oleh Petrus.
Tuhan berjanji, apabila kita melakukannya, maka kita pun akan mengalami kehidupan-Nya yang sangat indah.
DOA: Roh Kudus Allah, tolonglah kami untuk memandang Yesus tidak hanya
sebagai seorang Guru yang pantas dihormati, melainkan teristimewa
sebagai Kyrios langit dan bumi, yang pantas kami percayai, kasihi dan
taati perintah-perintah-Nya. Roh Allah, tanamkanlah pengetahuan ini ke
dalam hati kami masing-masing agar apa yang telah Simon Petrus lakukan
juga bisa kami terapkan dalam kehidupan Rohani kami. Berkatilah kami
dengan Kuat KuasaMu dan mampukanlah kami seperti yang Engkau ingini.
Dalam nama YESUS KRISTUS..Amin.
0 comments:
Post a Comment