November 2017 ~ Mother Wise

A lot of people want to do great things for God. A lot of people want to change the world. I just shake my head when I hear that. God is the only one who can change the world because He’s the only one who can change hearts and minds.

Purpose

woman who understand their purpose eventually loved by special man

Goal

The goal of prayer is not to change God’s mind about what you want. The goal of prayer is to change your own heart, to want what He wants, to the glory of God.

Prayer

Prayer was talking and listening and being excited to spend time with someone who loves you.

Love

Darkness cannot drive out darkness: only light can do that. Hate cannot drive out hate: only love can do that.

Wednesday, November 8, 2017

Pikul Salib

Pendalaman: Sangkal diri harga yang harus di bayar oleh setiap hati yang mengikut YESUS KRISTUS dengan setia sampai akhir
Panggilan Kristiani tertinggi dalam hal mengikut Yesus Kristus adalah menyangkal diri dan memikul salib (Matius 16:24). Ah, siapa yang suka? Dapat dipastikan, tidak akan ada yang menyukainya. Sekalipun dalam basa basi agama hal ini sering terucap. Namun, dalam kenyataan hal itu susah terlihat. Manusia sangat mencintai dirinya. Bagaimana mungkin dia diminta untuk menyangkalinya? Narsis, individualis, egois, adalah natur berdosa yang sering kali mencolok dalam kehidupan ini. Karna itu, menjadi pertanyaan penting sejauh mana kita mencintai DIA dan mengikuti perintah NYA.
Sangkal diri, bukanlah menyiksa diri (askese) seperti yang banyak dilakukan umat diabad pertengahan. Atau ritual puasa yang dijalankan untuk menunjukkan penyesalan atau sebaliknya, yaitu kesalehan. Sangkal diri adalah penguasaan diri atas keinginan diri. Ada banyak keinginan kita yang tak bertepi. Mulai dari materi yang tak pernah cukup sehingga kita melegalisasi segala cara. Keinginan tubuh yang yang tak pernah puas, yang membuat kita rela menghabiskan uang yang tidak sedikit. Namun jika soal pelayanan kita bisa jadi sangat perhitungan untung rugi. Pakaian, makanan, hiburan, gaya hidup yang berubah menjadi identitas dan harga diri. Belum lagi soal emosi yang seringkali tidak terkendali. Mengumbar marah, dan selalu mau menang sendiri. Sangkal diri, adalah penguasaan diri dengan pertolongan Roh Kudus sebagai buah hidup orang percaya yang sudah semestinya ada dan nyata. Sehingga, setiap keinginan yang ada dapat diredam dan kita belajar hidup cukup dalam rasa syukur. Tak hidup memuaskan diri, melainkan rela berbagi dengan sesama. Dengan sangkal diri hidup tak lagi self oriented, melainkan Christ oriented (Filipi 2:5-8). Dengan sangkal diri kita membangun hidup yang penuh arti, dan selalu menjadi saksi NYA.
Sementara pikul salib, juga bukan penderitaan, atau aniaya, karena kesalahan sendiri. Itu adalah konsekwensi logis sebab akibat. Pikul salib adalah penderitaan karena kebenaran. Itu sebab dalam khotbah di bukit Tuhan Yesus berkata; Berbahagialah orang yang dianiaya karena kebenaran, sebab merekalah yang empunya Kerajaan sorga (Matius 5:10). Kebenaran memang membawa kita pada situasi tidak nyaman. Terasing dari jalan dunia yang memuaskan kedagingan. Tak bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai yang diinginkan. Dan, cemooh atau fitnah yang menghujam deras, mencabik harga diri, namun harus tetap menahan diri. betapa tidak nyamannya. Pikul salib bukan tak boleh hidup kaya, atau tak boleh makan enak, melainkan hidup berbeda dengan nilai dunia. Semua yang kita lakukan harus mencerminkan kebenaran yang seutuhnya. Nah, konsekwensi yang datang dari hidup benar, itulah pikul salib. Sudah bisa dibayangkan betapa beratnya hidup benar diantara orang tidak benar, atau hidup terang dikegelapan hidup. Namun inilah panggilan Kristiani yang harus kita jawab.
Dikematian NYA diatas kayu salib, Yesus Kristus telah mengalahkan dosa. Namun jangan lupa, untuk itu DIA menyangkal ke Illahian NYA, menjadi sama dengan manusia. Dan, DIA telah rela diolok dan memikul salib menuju bukit Golgota. Banyak perempuan Sion yang menangisi diri NYA, namun dengan tegas Yesus berkata; Tangisilah dirimu sendiri! Kebenaran menjadi kekuatan utama menjalani perjalanan salib. Karena itu sangkal diri dan pikul salib bukan malapetaka, melainkan panggilan bahagia. Ada kekuatan yang luar biasa, yaitu kasih Kristus yang menyukakan hati. Seorang ibu menjadi kuat membesarkan anaknya, bahkan dikesendiriannya, itu karena kasih pada anaknya. Terlebih lagi kasih Yesus Kristus yang maha besar dan tak terhingga itu.
Kasih dalam kematian diatas kayu salib, dan kuasa kebangkitan yang mutlak telah nyata didalam Yesus Kristus. Giliran kita mendemonstrasikan kuasa salib Kristus sebagai panggilan Kristiani, tapi bukan demo keagamaan.
Ketika kematian bukan lagi masalah, maka hidup kita mestinya adalah pengabdian tiada henti kepada KRISTUS.amin

Penjala Manusia

Pendalaman : Mengenal Petrus sang penjala ikan yang di panggil oleh TUHAN YESUS sebagai penjala manusia.
Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai Danau Genesaret, sementara orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia mendorong perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon, “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena perkataan-Mu itu, aku akan menebarkan jala juga.” Setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Mereka pun datang, lalu bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun sujud di depan Yesus dan berkata, “Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa.” Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon, “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia.” Sesudah menarik perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus. (Luk 5:1-11)
Bacaan Pertama: Kol 1:9-14; Mazmur Tanggapan: Mzm 98:2-6
Sebelum terjun ke dalam karya pelayanan-Nya di depan publik, Yesus relatif tidak dikenal. Namun setelah Ia kembali dari puasa-Nya di padang gurun, dengan cepat Yesus menarik perhatian orang banyak lewat karya-karya-Nya dalam pengusiran roh-roh jahat, penyembuhan dan mukjizat-mukjizat lainnya. Setelah menentukan misi-Nya, Yesus langsung mulai memanggil beberapa orang untuk menjadi murid-murid-Nya – mereka yang dapat diajar-Nya dan dibentuk-Nya supaya dapat menjadi duta-duta-Nya kelak.
Injil Lukas menceritakan bahwa murid-murid pertama yang dipanggil oleh Yesus adalah Simon Petrus, seorang nelayan yang kelak akan memimpin Gereja-Nya yang kelak berekspansi keluar Israel mencapai dunia yang dikenal pada waktu itu.
Sekarang, marilah kita membayangkan betapa Yesus memiliki wibawa dan kuat-kuasa, seorang yang penuh kharisma. Kitab Suci dan tradisi menggambarkan Simon Petrus sebagai seorang pribadi yang emosional, cepat marah, namun ketika Yesus muncul untuk mengajar orang banyak, Petrus langsung saja mengiyakan permintaan Yesus untuk meminjamkan perahunya sebagai “mimbar khotbah”. Kemudian, setelah selesai berkhotbah, Yesus berkata kepada Petrus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya untuk menangkap ikan. Ia berkata: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena perkataan-Mu, aku akan menebarkan jala juga” (Luk 5:5). Tentunya Petrus telah dibuat terpesona/takjub atas pengajaran yang baru saja diberikan oleh Yesus kepada orang banyak, sehingga dia tidak saja mematuhi keinginan Yesus, dia juga menyapa Yesus sebagai GURU, suatu gelar yang mengandung respek mendalam seseorang terhadap wibawa dan kuasa yang dimiliki orang yang disapanya.
Alhasil, Petrus dkk. di dalam perahunya berhasil menjala ikan-ikan dalam jumlah besar, sehingga jala yang dipakai pun menjadi koyak dan mereka pun harus minta bantuan para nelayan lain yang ada di perahu lain. Bayangkan, kedua perahu itu pun hampir tenggelam karena sarat muatan ikannya. Mukjizat penangkapan ikan ini sungguh membuat Simon Petrus menjadi rendah hati dan melihat dirinya sedemikian kecil di hadapan Yesus. Sesuatu yang penuh kuat-kuasa telah terjadi di dalam dirinya, mendorongnya untuk meninggalkan segalanya di belakang guna mengikuti sang Guru. Sejak saat itu tentunya Petrus tidak lagi memandang Yesus sebagai seorang guru seperti guru-guru yang lain, juga bukan sebagai seorang bijaksana yang pantas dihargai serta dihormati.
Pernyataan diri (perwahyuan) Yesus lewat mukjizat ini membuat Petrus sujud di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa.” (Luk 5:8). Kata Tuhan ini adalah terjemahan dari kata Yunani Kyrios, adalah kata yang sama yang digunakan dalam menerjemahkan kata YHWH dalam Perjanjian Lama bahasa Yunani, artinya ALLAH sendiri. Lewat perwahyuan, Petrus mampu memandang bahwa Yesus berada di atas segala orang lain.
KEEP ON FIRE: pengalaman Petrus ini adalah suatu pengalaman yang Yesus ingin agar kita alami juga: suatu perwahyuan yang tidak hanya membukan pikiran kita, melainkan juga menembus hati kita juga. Yesus ingin menyatakan kemuliaan-Nya kepada kita masing-masing, dengan demikian mendesak kita untuk mengikuti jejak-Nya sama radikalnya dengan apa yang telah dilakukan oleh Petrus.
Tuhan berjanji, apabila kita melakukannya, maka kita pun akan mengalami kehidupan-Nya yang sangat indah.
DOA: Roh Kudus Allah, tolonglah kami untuk memandang Yesus tidak hanya sebagai seorang Guru yang pantas dihormati, melainkan teristimewa sebagai Kyrios langit dan bumi, yang pantas kami percayai, kasihi dan taati perintah-perintah-Nya. Roh Allah, tanamkanlah pengetahuan ini ke dalam hati kami masing-masing agar apa yang telah Simon Petrus lakukan juga bisa kami terapkan dalam kehidupan Rohani kami. Berkatilah kami dengan Kuat KuasaMu dan mampukanlah kami seperti yang Engkau ingini. Dalam nama YESUS KRISTUS..Amin.

Persembahan Yang Harum?

Pendalaman : Doa yang dilahirkan dari hati yang sungguh-sungguh merupakan DUPA YANG HARUM bagi Allah Bapa di sorga
Apakah Anda pernah memikirkan, kira-kira bau seperti apa yang disukai oleh TUHAN ?
Yukk...Mari kita selidiki Perjanjian Lama dan juga kitab Injil untuk mengetahui bau apa yang menyenangkan bagi TUHAN.
A. Pembelajaran ke 1 :
Dalam Keluaran 30 dituliskan tentang mezbah emas dan pembakaran ukupan tempat dupa di bakar. Pembakaran ukupan tempat dupa dibakar itu berada di Ruang Kudus, tepat dibagian luar tabir yang memisahkan Ruang Kudus dan Ruang Maha Kudus.
Di mezbah itu,, sebagai imam harus membakar dupa yang wangi setiap hari ketika ia menjalankan tugasnya.
Pada akhir ayat 35 dituliskan bahwa ukupan yang dibakar itu "digarami, murni, kudus." Dupa itu dikategorikan sebagai sesuatu yang kudus bagi Allah dan dikhususkan untuk satu tujuan. Bahasa Ibrani untuk parfum adala 'qetoreth' yang artinya dupa atau parfum, tetapi arti lainnya adalah "asap yang wangi dari persembahan'.
Ruang Maha Kudus adalah tempat TUHAN berjumpa dengan imam besar yang mewakili bangsa Israel. Jadi jika Ruang Maha Kudus tempat dimana Tuhan hadir di antara umat Israel, jadi tabir yang memisahkan Ruang Kudus dan Ruang Maha Kudus adalah pintu depannya Tuhan. Hal itu membuat pembakaran ukupan menjadi bel pintu bagi Musa dan Harun. Dupa yang dibakar secara terus menerus naik dari mezbah pengorbanan adalah bau yang menyenangkan Tuhan dan menggambarkan bahwa bangsa Israel mentaati perintah Tuhan tentang Tabernakel.
Apa artinya hal di atas bagi kita yang hidup di jaman ini?
Setiap bagian Tabernakel di Perjanjian Lama menunjuk kepada KRISTUS dan pengorbanannya di kayu salib.
Ketika YESUS KRISTUS mati di salib, tabir pemisah di bait Allah robek menjadi dua: Menyatakan bahwa pintu depan rumah TUHAN kini selalu terbuka kepada semua yang mau menerima Yesus Kristus sebagai juru selamat pribadinya.
B. Pembelajaran ke 2 :
Dalam Wahyu 5:8 juga dituliskan tentang dupa ini, "Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus."
Itu dia. Kemenyan, yang dibakar secara terus menerus oleh Harun di Perjanjian Lama, menunjuk kepada doa yang kita naikan kepada Tuhan. Doa-doa kita, adalah seperti dupa, yang harus digarami, dimurnikan dan kudus. Hal itu adalah asap yang harum dari persembahan dan bau yang menyenangkan TUHAN
Doa-doa kita seharusnya selalu dinaikkan dengan penuh rasa hormat dan kagum kepada TUHAN.
Doa seharusnya murni dan berasal dari dalam hati yang rindu menyenangkan TUHAN dan mentaati perintah-Nya. Terkadang doa-doa kita juga pengorbanan, terutama saat kita berdoa menurut kehendak TUHAN dan bukan kehendak kita sendiri. 

Materi Ispiratif:
Oswald Chambers, seorang penginjil dari tahun 1900an menyatakan bahwa, "Doa tidak membentuk kita melakukan perkara besar, doa itu sendiri adalah perkara besar." Yesus tahu hal ini dan menunjukkan kepada kita ketergantungan Dia sepenuhnya kepada doa dalam berbagai hal yang Ia lakukan selama melayani di bumi ini. Lukas 5:16 menyatakan kepada kita, "Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa." Lukas mencatat bahwa doa Yesus di Taman Getsemani menggambarkan kepada kita pentingnya doa dalam kehidupan Yesus. Dalam pasal itu kita mendapati Yesus tidak hanya berlutut sebelum menghadapi pengkhianatan dan penyaliban, namun Dia juga meminta Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk berdoa sehingga mereka tidak jatuh ke dalam pencobaan. Yesus tahu betapa pentingnya doa dalam kehidupan anak-anak Tuhan.
Keep on fire : Doa membawa kehendak kita untuk menyesuaikan dengan kehendak Bapa di Sorga. Ketika kita berdoa kita meninggikan YESUS KRISTUS dan mencari kehendak Bapa, hal itu menjadi sebuah dupa yang harum yang naik ke hadapan Allah.
Mari...jangan jemu-jemu berdoa, undanglah Kerajaan Allah datang dan ijinkan kehendak-Nya jadi dalam hidup Anda dan saya.
Tuhan Yesus Memberkati!